Skripsi adalah seni

Cerita yang saya tulis ini merupakan pengalaman pribadi saya selama proses mengerjakan skripsi dan saya harap dapat memberikan sebuah insight untukmu agar tidak lagi takut dengan si Skripsi ini.

Skripsi merupakan tulisan karya ilmiah bagi mahasiswa untuk mendapatkan gelar S1 di mana membahas mengenai suatu permasalahan mau pun fenomena yang terjadi. Pada dasarnya, skripsi berisikan latar belakang, rumusan masalah, metodologi penelitan, pengujian, pembahasan, dan kesimpulan. Nampak sederhana kan?

Namun, sayangnya tidak semudah itu. Beberapa kendala tentang skripsi pasti akan terjadi, contohnya:

Belum menemukan topik yang sesuai.

Sudah menemukan topik tapi bingung implementasinya.

Poin pertama dapat diselesaikan dengan banyak membaca, tidak ada cara instan lainnya selain perbanyak membaca jurnal mau pun skripsi kakak tingkat. Banyak membaca akan memperluas sudut pandangmu tentang topik yang akan kamu pilih nantinya. Namun, jika ada dosen yang membuka topik skripsi, kamu bisa coba konsultasi lebih lanjut dan masih harus melakukan research terkait topik yang diajukan. Topik yang ditawarkan oleh dosen bukan berarti kamu akan disuapi dan diarahakan 100% tapi kamu harus inisiatif dengan skripsimu. Beliau memfasilitasi namun bukan berarti mendikte kamu. Skripsimu adalah tanggung jawabmu.

Poin kedua seringkali memakan banyak waktu dan tenaga. Pada awalnya sudah yakin dengan topik yang akan dipakai, bahkan sudah ada bayangan bagaimana melakukan pengujian namun masih buntu mengenai cara implementasinya. Masalah yang akan timbul seperti; belum menemukan tools yang sesuai, aplikasi yang nge-bug, bahkan tidak tahu bagaimana menuliskan barisan kode yang kamu inginkan.

Beberapa dosen pada keminatan saya menyarankan untuk memastikan dahulu bahwa kamu siap dan sanggup di bagian implementasi sebelum fokus pada penulisan skripsi. Jadi, dalami dan coba terus sampai berhasil di bagian implementasi dan pahami tools yang akan kamu pakai.

“Skripsi dalam ranah S1 adalah bagaimana kita dapat menggunakan teori-teori yang telah kita pelajari selama kuliah sebagai dasar dalam menjawab rumusan masalah.” Kurang lebih begitulah sabda salah satu dosen pembimbingku.

Lalu di mana sisi seni di dalam skripsi?

  1. Menata pola pikir dan logika.

Saya sangat beruntung dapat dibimbing oleh Pak Abas dan Pak Kasyful dalam menyusun skripsi saya. Beliau-beliau secara tidak langsung menata pola pikir saya. Ketika menyusun skripsi, saya harus menata ulang pola pikir menjadi lebih sistematis dan sederhana. Salah satu seni yang saya dapatkan adalah bagaimana tulisan mampu menyederhanakan apa yang rumit, bukan merumitkan apa yang sederhana. Skripsi dibuat agar bermanfaat bagi pembacanya bukan hanya bagi penulis.


  1. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Dalam penyusunan skripsi, saya pernah merasa sedih ketika diminta pembimbing saya untuk lebih berpikir kritis. Saya merasa sangat bodoh dan buta akan skripsi saya sendiri. Di satu sisi, saya merasa tertantang oleh ucapan beliau hehe… Saya menjadi penasaran, apa sih yang masih belum saya temukan pada skripsi saya? Apa yang masih missing di dalam tulisan saya?

Cara yang saya pakai adalah melakukan PDKT dengan tulisan saya sendiri. Berkali-kali saya membaca tulisan saya, berkali-kali saya harus menerima revisi tulisan. Menulis bab 1 saja saya butuh berbulan-bulan, belum lagi menyatukan bab 1,2 dan 3. Semisal ada revisi di bab 3, maka bab 1 dan 2 juga berdampak. Memperbaiki di salah satu bab artinya harus memperbaiki di seluruh bab. Tulisan pada skripsi harus kompak, satu suara, satu tujuan, tidak boleh ada missing link.


  1. Meningkatkan kemampuan menulis.

Menulis tidak sekadar menggabungkan kata-kata, tapi bagaimana tulisan tersebut terstruktur dan baik, sehingga pembaca / lawan komunikasi kita akan mudah menangkap maksud kita. Tulisan yang kita buat, entah itu pesan Whatsapp, status Facebook, bahkan caption foto Instagram menjadi mudah tersampaikan. Perlahan namun pasti, dengan tulisan yang baik akan membuat kita berkomunikasi lebih baik dan mengurangi kesalahpahaman atau miss communication.


  1. Memaksamu untuk lebih teliti dan tidak mudah berpuas diri.

Satu hal yang paling tricky dalam menulis skripsi adalah…. format! Perhatikan betul format-format sesuai dengan buku panduan skripsimu. Hal ini memang seringkali terlewatkan atau lebih seringnya…diremehkan. Teliti lagi format caption tabel, gambar, dan lain-lainnya. Cek kembali daftar isimu, sesuaikan dan perbarui tiap kali melakukan revisi penulisan.

Pengalaman bodoh yang bahkan saya cukup malu mengakuinya adalah, saya tidak teliti dalam menuliskan judul skripsi saya di halaman pengesahan. Sehingga, skripsi saya yang sudah terjilid dengan cantik harus diperbaiki kembali dan meminta tanda tangan pembimbing serta ketua jurusan saya.

Jadi, ketika skripsimu sudah kamu yakini oke dan siap untuk dijilid, tolong minta temanmu untuk membaca skripsimu. Karena ketika orang lain yang membaca skripsimu, akan lebih mudah menemukan suatu kesalahan yang luput dari pandanganmu sendiri.

Seperti sebuah peribahasa yang mengatakan, “Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak.”

Pada akhirnya, ketika kamu mulai jatuh cinta dengan skripsimu, kamu akan mulai melihat seni dan keindahan kata-kata dalam tulisan skripsimu. Cara paling mudah untuk menemukan seni dalam suatu hal adalah dengan menyukainya dan menaruh minat yang besar.

Thank you!

for visiting my playground

Thank you!

for visiting my playground